BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejarah
fisafat dipelajari dengan tujuan agar diperoleh apa yang menjadi masalah pokok
filsafat dan sejarah perkembangan pemikiran filsafat. Mempelajari sejarah filsafat juga
menyadarkan kita bahwa ajaran yang baik belum tentu diterapkan dengan baik.
Sejarah
filsafat menyadarkan kita bahwa setiap teori ada kelemahannya dan ada
kebaikannya, karena itu menuntut adanya kerja sama antara sesama
pengusaha filsafat, saling memberi dan menerima (take and give) dalam
rangka kepentingan bersama demi kesejahteraan hidup manusia.
Filsafat yunani amatlah besar
peranan dan pengaruhnya terhadap falsafah yang ada pada umumnya sekarang
menguasai dunia ini. Berfalsafah
sebenarnya adalah bertindak, yaitu bertindak dengan mempergunakan rasio sebagai
alat. Sebelum bertindak dalam kenyataan, manusia itu terlebih dahulu memikirkan
baik buruk dari tindakannya itu. Dan itu merupakan falsafah. Maka baik dan buruk tindakan itu akan
ditentukan oleh nilai baik dan buruk filsafat yang dianut oleh manusia
itu.
Pada umumnya orang-orang Yunani
sebelum abad VI S.M. masih mempercayai dongeng-dongeng atau mythos. Segala
sesuatunya harus diterima sebagai suatu kebenaran yang tidak perlu dibuktikan
lagi. Saat itu logos (akal) tidak bicara. Segala sesuatunya harus diyakini
dengan iman.
Sekitar abad VI SM. Mulai muncul
para pemikir yang tidak puas dengan segala dongeng-dongeng tersebut. Mereka
menginginkan jawaban yang dapat diterima akal atas segala misteri yang ada di
alam semesta ini. Ini adalah awal kebangkitan pemikiran filsafat Yunani, dimana
orang-orang mulai mencari kebenaran dengan menggunakan logos dan mulai
meninggalkan mythos. Pada saat itu orang-orang Yunani sangat menghargai
berpikir dan menyampaikan buah pikirnya. Mereka berpikir secara murni, mereka
berpikir karena mereka senang berpikir, senang mencari tahu akan hakikat
sesuatu.
Aliran sofisme mulai mengubah
pandangan manusia sebagai makhluk yang berpengetahuan dan berkemauan.
Tetapi sofisme
terlalu mengemukakan pendirian yang subyektif, relatif, dan skeptis.
Ajaran kaum
sofis bahwa kebenaran itu relatif ditentang oleh Socrates. Socrates dapat
membuktikan dengan metode induksinya, bahwa kebenaran juga dapat bersifat umum
yang disebut dengan definisi. Ajaran Socrates kemudian dikembangkan oleh Plato
(muridnya), dan kemudian dikembangkan lagi oleh Aristoteles (murid Plato).
Mereka (Socrates, Plato, dan Aristoteles) disebut sebagai Triumvirat Yunani
Kuno.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan triumvirat yunani kuno?
2.
Bagaimana
riwayat hidup dan pemikiran Socrates?
3.
Bagaimana
riwayat hidup dan Pemikiran Plato?
4.
Bagaimana
riwayat hidup dan Pemikiran Aristoteles?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui pengertian triumvirat yunani kuno.
2.
Mengetahui riwayat
hidup dan pemikiran Socrates.
3.
Mengetahui riwayat
hidup dan pemikiran Plato.
4.
Mengetahui riwayat
hidup dan pemikiran Aristoteles.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A.
Pengertian Triumvirat Yunani Kuno
Triumvirat berasal dari
bahasa latin, artinya adalah dari tiga laki-laki. Triumvirat Yunani Kuno adalah
tiga laki-laki yang terdiri dari Socrates, Plato, dan Aristoteles yang hidup
pada zaman Yunani Kuno. Pemikiran-pemikiran tiga tokoh tersebut sangat
berpengaruh di dunia hingga saat ini.
B.
Socrates
(469-399 SM)
Pemuda-pemuda Athena pada
masa itu dipimpin oleh doktrin relativisme dari kaum sofis, sedangkan Socrates
adalah seorang penganut moral yang absolute dan meyakini bahwa menegakkan moral
merupakan tugas filosof, yang berdasarkan idea-idea rasional dan keahlian dalam
pengetahuan.
Ajaran bahwa semua kebenaran
itu relatif telah menggoyahkan teori-teori sains yang telah mapan,
mengguncangkan keyakinan agama. Ini menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam
kehidupan. Inilah sebabnya Socrates harus bangkit. Ia harus meyakinkan orang
Athena bahwa tidak semua kebenaran itu relatif; ada kebenaran yang umum yang
dapat dipegang oleh semua orang. Sebagian kebenaran memang relatif, tetapi
tidak semuanya (Tafsir, 2010: 53).
Antara tahun 421 dan 416 SM
adalah masa-masa buruknya hubungan antara Athena dan Sparta. Periode ini
menyaksikan Alcibiades, salah seorang murid Socrates. Akan tetapi ia pula yang
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kehancuran Athena. Ia bertanggung
jawab atas kekalahan Athena di Syracuse 413 SM. Beberapa Negara-negara kecil
datang merampok Athena. Revolusi ini menandai mulai hancurnya Athena. Delapan
tahun kemudian orang-orang Sparta, dibawah komandannya Lysander menghancurkan
Athena. Tahun 404 SM perang Peloponesia berakhir, menghasilkan Athena takluk
dibawah Sparta. Tahun 403 SM demokrasi untuk terakhir kalinya dicoba dibangun,
tetapi itu bukanlah pemerintahan yang bijaksana.
Socrates merupakan figur paling penting dalam tradisi filosofis Barat.
Socrates lahir di Athena dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat
besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles. Ayahnya adalah
seorang pemahat patung bernama Sophroniscos dan
ibunya adalah seorang bidan yang bernama Phainarete. Istrinya bernama Xantippe
dan dikaruniai tiga orang anak. Ia
berasal dari keluarga yang kaya dengan mendapatkan pendidikan yang baik,
kemudian menjadi prajurit Athena. Ia terkenal sebagai prajurit yang gagah
berani. Karena ia tidak suka terhadap urusan politik, maka ia lebih senang
memusatkan perhatiannya kepada filsafat, yang akhirnya ia jatuh dalam keadaan
miskin.
Socrates tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal
sebagai pemikiran Socrates pada dasarnya adalah berasal dari catatan muridnya, yaitu Plato, Xenophon, Aristophanes, dan Aristoteles. Orang yang paling banyak mencatat tentang Socrates adalah Plato yang
berupa dialog-dialog. Dalam karya-karyanya, Plato selalu menggunakan nama
gurunya sebagai tokoh utama sehingga sangat sulit memisahkan
gagasan Socrates yang sesungguhnya dengan gagasan Plato yang disampaikan
melalui mulut Socrates.
Nama Plato sendiri hanya muncul tiga kali dalam karya-karyanya sendiri yaitu
dua kali dalam Apologia dan sekali dalam Phaedrus.
Socrates
dikenal sebagai seorang sederhana, tanpa alas kaki dan berkelilingi mendatangi
masyarakat Athena berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang
didengar seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari
Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara
tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah
kebijaksanaan.
Peran Socrates dalam mendobrak pengetahuan semu itu
meniru pekerjaan ibunya sebagai seorang bidan dalam upaya menolong kelahirsan
bayi, akan tetapi ia berperan sebagai bidan pengetahuan. Teknik dalam upaya menolong
kelahiran (bayi) pengetahuan itu disebut majeutike (kebidanan) yaitu
dengan cara mengamati-amati hal-hal yang konkret dan yang beragam coraknya
tetapi pada jenis yang sama. Kemudian
unsur-unsur yang beda dihilangkan sehingga tinggallah unsur yang sama dan
bersifat umum, itulah pengetahuan sejati (Achmadi, 2011: 50).
Pada
akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu
pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena dirinya tahu bahwa dia
tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya adalah tidak
bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
Seperti halnya kaum sofis, Socrates memulai
filsafatnya dengan bertolak dari pengalaman sehari-hari. Akan tetapi ada
perbedaan yang amat penting antara orang sofis dan Socrates. Socrates tidak
menyutujui relativisme kaum sofis. Menurut pendapat Socrates ada kebenaran
objektif yang tidak bergantung pada saya atau pada kita. Untuk membuktikan adanya
kebenaran yang objektif Socrates menggunakan metode yang bersifat praktis dan
dijalankan melalui percakapan-percakapan. Ia menganalisis pendapat-pendapat.
Setiap orang mempunyai pendapat mengenai salah dan tidak salah. Misalnya ia
bertanya kepada negarawan, hakim, tukang, pedagang, dan sebagainya. Menurut
Xenophon, ia bertanya tentang salah-tidak salah, adil-tidak adil berani dan
pengecut, dan lain-lain. Socrates selalu menganggap jawaban yang pertama
sebagai hipotesis dan dengan jawaban lebih lanjut ia menarik
konsekuensi-konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban-jawaban tersebut.
Jika ternyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan karena menghasilkan
konsekuensi yang mustahil, maka hipotesis tersebut diganti dengan hipotesis
lain, lalu hipotesis kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawaban lain, dan
begitulah seterusnya. Sering terjadi percakapan itu berakhir dengan aporia
(kebingungan). Akan tetapi tidak jarang dialog itu menghasilkan suatu definisi
yang dianggap berguna.
Socrates mengarahkan perhatiannya kepada manusia secara
keseluruhan sebagai objek pemikiran filsafatnya, yaitu dengan menghargai
nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah yang keduanya tidak dapat dipisahkan karena
dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan. Metode yang
digunakan Socrates disebut dialektika, dari kata kerja Yunani, dialegsthai yang berarti bercakap-cakap
atau berdialog. Metode Socrates dinamakan dialektika karena dialog mempunyai
peranan penting di dalamnya.
Bertens (1975: 85-92)
menjelaskan ajaran Socrates sebagai berikut ini. Ajaran itu ditujukan untuk
menentang ajaran relaitivisme sofis. Ia ingin menegakkan sains dan agama. Berbeda
dengan kaum sofis yang mutlak menggunakan akal dan setiap mengajarkan
pengetahuannya selalu memungut bayaran, tetapi Socrates tidak memungut bayaran
kepada murid-muridnya. Kaum sofis merasa sakit hati, sehingga pada tahun 399 SM
ia kemudian oleh kaum sofis sendiri dituduh memberikan ajaran barunya yang
merusak moral para pemuda, dan menentang kepercayaan Negara. Sebuah tuduhan yang sebenarnya bisa
dengan gampang dipatahkan melalui pembelaannya yang tidak
hanya mengandalkan pendapatnya pada akal (reason),
tetapi juga pada kekuatan hati (rasa), sebagaimana tertulis dalam Apologia karya Plato.
Socrates
pada akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang
diterimanya dari pengadilan dengan hasil voting
280 mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya. Ia
dituntut hukuman mati (Bertens, 1975:82)
Socrates
sebenarnya dapat lari dari penjara, sebagaimana ditulis dalam Krito, dengan bantuan para
sahabatnya,
namun dia menolak atas dasar kepatuhannya pada satu "kontrak" yang
telah dia jalani dengan hukum di kota Athena. Keberaniannya dalam menghadapi
maut digambarkan dengan indah dalam Phaedo karya Plato. Kematian Socrates dalam
ketidakadilan peradilan menjadi salah satu peristiwa peradilan paling
bersejarah dalam masyarakat Barat di samping peradilan Yesus Kristus.
C. Riwayat
Hidup Plato (427-347
SM)
Ia berasal dari
keluarga aristokrasi yang turun temurun memegang peranan penting dalam politik
Athena. Sejak muda, ia bercita-cita ingin menjadi pejabat negara. Namun, perkembangan politik
pada masanya tidak memberi kesempatan kepadanya untuk mengikuti jalan hidup
yang diinginkannya.
Nama aslinya adalah Aristokles,
guru senamnya kemudian memberi nama Plato. Ia memperoleh nama baru itu karena
bahunya yang lebar. sepadan dengan badannya yang tinggi dan
tegap, raut mukanya, potongan tubuhnya serta paras yang elok serasi dengan
ciptaan klasik tentang manusia yang tampan. Plato tergolong seorang pemuda yang
cerdas. Pandangan matanya menunjukan seolah-olah ia mau mengisi dunia yang lahir ini dengan cita-citanya.
Sejak berumur 20
tahun, Plato mengikuti pelajaran Socrates. Pengaruh Socrates semakin hari semakin
mendalam. Ia menjadi murid Socrates yang setia sampai akhir hidupnya, Socrates
tetap menjadi pujaanya. Socrates digambarkan sebagai juru bahasa isi hati
rakyat di Athena yang tertindas karena kekuasaan yang saling berganti.
Plato adalah satu-satunya
filosof yang berhasil membangun suatu sistem pemikiran
filsafat yang integral yang terdiri dari unsur-unsur ajaran filosof
pendahulunya. Ia setuju dengan Anaxagoras dalam hal ini bahwa pikiran adalah
pengatur segala sesuatu, karena itu berbeda dengan bahan atau benda, dengan
Heraclitus ia peroleh ajaran bahwa dalam segala sesuatu ada jamak dua prinsip
dasar yang diperoleh Plato dari kaum Mazhab Elea, bahwa Tuhan adalah Esa, dan
bahwa dunia yang sebenarnya
adalah tidak berubah, dan bagi Plato dunia tersebut adalah dunia idea (eidos) bahwa Plato sependapat dengan
kaum Sofis bahwa pengetahuan adalah tidak mungkin, apabila hanya terbatas pada
yang menampak saja (sensibilia) dan
dari Socrates gurunya ia memperoleh pengertian bahwa pengetahuan yang
sebenarnya adalah dengan melalui
pembentukan konsep.
Ia seorang
sastrawan, selama hidupnya rajin menulis, hampir semuanya berupa dialog
Socrates untuk mengemukakan pandangannya. Karyanya lebih dari 25 buku, yang
paling terkenal 10 buku yang memuat ajarannya tentang negara.
Tidak lama setelah Socrates
meninggal, Plato pergi dari Athena, itulah permulaan ia mengembara 12 tahun
lamanya dari tahun 399 SM. Mula-mula ia pergi ke Megara, tempat Euklides
mengajarkan filosofinya. Dari Megara ia pergi ke Kyrena, dimana ia memperdalam pengetahuannya
tentang matematika pada
seorang guru yang bernama Theodoros, disana ia juga mengarang buku-buku dan
mengajarkan filosofi. Kemudian ia pergi ke Italia Selatan dan terus ke Sirakusa
di pulau Sisiria yang pada waktu itu
diperintah oleh seorang tiran yang bernama Dionysios yang mengajak Plato
tinggal di istananya. Disitu Plato kenal dengan ipar raja Dionysios yang masih
muda bernama Dion yang akhirnya menjadi sahabat karibnya. Mereka berdua sepakat
mempengaruhi Dionysisos dengan ajaran filosofinya agar kehidupan sosialnya
menjadi lebih baik. Tetapi ajaran Plato membuat Dionysios menjadi jemu. Pada
tahun 367 SM setelah Plato 20 tahun menetap dalam Akademia, diterimanya
undangan dari Dion untuk datang ke
Sirakusa, setelah Dionysios meninggal maka digantikan oleh Dion
dengan nama Dionysios II dan berharap Plato dapat mengajarkan kepada yang masih
muda itu “pandangan filosofi tentang kewajiban pemerintah menurut pendapat
Plato” akhirnya Plato berangkat ke Sirakusa dan disambut oleh raja dengan
gembira, tetapi bagi raja itu filosofi itu tidak menarik akhirnya intrik, fitnah dan
hasutan merajalela dalam istana itu. Akhirnya Dion dibenci oleh raja dan
dibuang ke Sisilia. Kemudian Plato kembali ke Athena, tapi 6 tahun kemudian
pada tahun 361 SM plato ketiga kalinya datang ke
Sirakusa, raja Dionysios II dengan Dion berusaha agar Plato kembali ke
Sirakusa, tapi maksudnya tidak berhasil dan harapannya untuk mencoba sekali lagi
melaksanakan cita-citanya tentang pemerintahan yang baik dalam politik gagal
sama sekali. Akhirnya Plato kembali ke Athena dan
memusatkan pada Akademia sebagai guru dan pengarang. Plato tidak pernah menikah
dan tidak punya anak. Pemikiran yang
dicetuskan oleh Plato ialah
pendapatnya tentang idea itu adalah suatu ajaran yang sulit
pemahamannya. Salah satu sebab ialah bahwa pemahamannya tentang
idea selalu berkembang, bermula idea itu dikemukakan sebagai teori logika,
kemudian meluas menjadi pandangan hidup menjadi dasar
umum bagi ilmu dan politik sosial mencakup
pandangan agama. Plato memisahkan kenyataan yang kelihatan dalam alam yang
lahir dimana berlaku pandangan Herakleitos dan alam pengertian yang abstrak
dimana berlaku pandangan Parmenides. Dalam bidang yang pertama yang ada hanya
kiraan, sebab kalau semuanya mengalir tidak berhenti-henti, tiap barang bagi
setiap orang pada setiap waktu hanya berupa seperti yang terbayang dimukanya
maka manusia menjadi ukuran segalanya seperti dikatakan oleh Protagoras. Tetapi
pengetahuan dapat memberikan apa yang tetap adanya yaitu idea. Berlakunya idea
itu tidak bergantung kepada pandangan dan pendapat orang banyak, ia timbul
semata-mata karena kecerdasan berpikir pengertian yang dicari dengan pikiran
adalah idea. Idea pada hakikatnya sudah ada, tinggal mencarinya saja. Pokok
tinjauan filosofi Plato adalah mencari
pengetahuan tentang pengetahuan, ia bertolak dari ajaran gurunya Socrates yang
mengatakan “budi ialah tahu”. Budi yang berdasarkan pengetahuan menghendaki
suatu ajaran tentang pengetahuan sebagai dasar
filosofi. Pertentangan antara pikiran dan pandangan menjadi ukuran bagi Plato.
Pengertian yang mengandung di dalamnya
pengetahuan dan budi yang dicarinya bersama-sama dengan Socrates, pada
hakekatnya berlainan sama sekali dari pandangannya, sifatnya tidak diperoleh
dari pengalaman. Pemandangan hanya alasan untuk menuju pengertian, ia diperoleh
atas usaha akal sendiri.
Idea menurut paham Plato tidak saja
pengertian jenis, tetapi juga bentuk dari kedaan yang sebenarnya. Idea bukanlah
suatu suatu pikiran melainkan suatu realita. Pendapat Parmenides tentang adanya
yang satu kekal, dan tidak berubah-ubah, tapi yang baru dalam ajaran Plato
ialah pendapatnya tentang suatu dunia yang tidak bertubuh. Dunia yang bertubuh
adalah dunia yang dapat diketahui dengan pandangan dan pengalaman. Semua itu
bergerak dan berubah senantiasa tidak ada yang tetap dan kekal. Dari pandangan
dan pengalaman saja tidak akan pernah tercapai pengetahuan pengertian.
Pemikiran
tentang Tuhan
(dalam Achmadi, 2011: 52-53), Plato
mengemukakan bahwa terdapat
beberapa masalah bagi manusia yang tidak
pantas apabila tidak mengetahuinya. Masalah tersebut adalah sebagai berikut.
a.
Manusia itu mempunyai Tuhan
sebagai penciptanya.
b.
Tuhan itu mengetahui segala
sesuatu yang diperbuat oleh manusia.
c.
Tuhan hanya dapat diketahui
dengan cara negatif,
tidak ada ayat, tidak ada anak, dan lain-lain
d.
Tuhanlah yang menjadikan
alam ini dari tidak mempunyai peraturan menjadi mempunyai aturan.
Menurut Plato (dalam Achmadi, 2011: 53) di dalam negara
yang ideal terdapat tiga golongan berikut.
a.
Golongan tertinggi, terdiri
dari orang-orang yang memerintah (para penjaga, para filsuf).
b.
Golongan pembantu, terdiri
dari para prajurit yang bertugas untuk menjaga keamanan negara dan menjaga
ketaatan para warganya.
c.
Golongan rakyat biasa,
terdiri dari petani, pedagang, tukang, yang bertugas untuk memikul ekonomi
negara (polis).
Pemikiran Plato yang anti individualism yang telah merusak kehidupan sosial
masyarakat Athena, manusia menjadi individualis, yaitu hanya mementingkan kebutuhan diri mereka sendiri dan mengabaikan
kepentingan orang lain. Ada tuduhan yang mengatakan bahwa Plato adalah anti
demokrasi. Pemikiran Plato tidak terlepas dalam konteks sosio-historis
kehancuran Athena. Kehancuran Athena menurut Plato bukan hanya karena kekalahan
Athena dalam perang peloponesia. Kemenangan
Sparta atas Athena menunjukkan prinsip-prinsip dari kenegaraan Athena yang
demokratis. Inilah yang melahirkan karya-karya Plato dalam judul republic.
Plato secara tegas menujukkan simpati dan kekagumannya kepada system kenegaraan
otoriter Sparta dan antipatinya kepada demokrasi. Plato menuduh kehancuran
Athena disebabkan akibat demokrasi yang lemah dan disintegrasi serta tidak
stabil.
Negara ideal menurut Plato adalah City State, Negara yang tidak terlalu
luas dan tidak terlalu kecil. Negara luas akan sulit untuk menjaganya sementara
negara kecil akan sulit dipertahankan karena mudah untuk dikuasai.
Perbedaan antara Socrates
dengan Plato adalah dimana mengusahakan adanya definisi tentang hal yang bersifat umum guna
menentukan hakikat atau esensi segala sesuatu, karena tidak puas dengan
mengetahui, hanya tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan satu per satu, sedangkan Plato meneruskan usaha itu secara lebih maju lagi dengan mengemukakan, bahwa
hakikat atau esensi segala sesuatu bukan hanya sebutan saja, tetapi memiliki
kenyataan, yang lepas daripada sesuatu yang berada secara kongrit yang disebut
“Idea”, dimana idea itu nyata ada, di dalam dunia idea.
Plato menekankan kepada
kebenaran yang di luar dunia ini, hal itu tidak berarti bahwa ia bermaksud
melarikan diri dari dunia. Dunia yang kongkrit ini dianggap penting, hanya saja hal
sempurna tidak dapat dicapai di dalam
dunia ini. Namun kita harus berusaha hidup sesempurna mungkin, yang tampak dalam
ajarannya tentang Negara adalah puncak filsafat Plato.
D. Riwayat
Hidup Aristoteles (384-322
SM)
Aristoteles lahir di
Stageira pada Semenanjung Kalkidike di Trasia (Balkan) pada tahun 384 SM dan
meninggal di Kalikis pada tahun 322
SM
dalam usia 63 tahun, ayahnya yang bernama Mashaon adalah seorang dokter istana
pada raja Macedonia Amyntas II. Dari kecil, Aristoteles mendapat asuhan dari ayahnya sendiri, ia
mendapat pelajaran dalam hal teknik membedah. Oleh karena itu, perhatiannya
banyak tertumpah pada ilmu-ilmu alam, terutama ilmu biologi. Sampai berumur 18
tahun, pendidikannya diperoleh dari ayahnnya (Hakim dan Saebani, 2008: 215).
Sejak kecil,
Aristoteles diasuh dan dididik oleh ayahnya sendiri dalam bidang kedokteran.
Ayahnya berharap jika besar nanti, Aristoteles dapat menggatikan ayahnya
sebagai dokter keluarga raja Macedonia. Namun, harapan ayahnya tidak terwujud,
karena sebelum Aristoteles berhasil menamatkan pelajarannya, ayahnya telah
meninggal dunia. Meskipun begitu, sang ayah telah berhasil mewariskan minat
yang besar terhadap biologi kepada anaknya yang tampaknya menjadi karyanya dikemudian
hari.
Dengan kecerdasannya
yang luar biasa, ia menguasai berbagai ilmu yang berkembang pada masanya.
Tatkala ia berumur 18 tahun, ia dikirim dari Athena ke akademia Plato.
Kecenderungan berpikir saintifik tampak dari pandangan-pandangan filsafatnya
yang sistematis dan banyak menggunakan metode empiris. Pandangan filsafat
Aristoteles berorientasi
pada hal-hal yang konkret.
Aristoteles merupakan
salah satu murid Plato yang sangat cepat dikenal karena dia tidak mau sekedar
bernaung dibawah keagungan sang guru. Itu pula sebabnya ia dikenal sebagai
murid “tukang kecam” dan senang mendebat sang guru yang banyak dihormati oleh
banyak muridnya yang lain, kendati kecamannya sering kali tidak relevan, dan
menunjukan ketakfahamannya terhadap
ajaran Plato. Oleh sebab itu, Plato tidak menunujuk Aristoteles untuk menjadi
penggantinya dalam memimpin Akademia, melainkan menunujuk Speusippos. Hal ini tentu
sangat
mengecewakan Aristoteles.
Ia menjadi dikenal
lebih luas karena pernah menjadi tutor (guru) Alexander, seorang diplomat ulung
dan jendral terkenal. Di Athena, ia
mendirikan
sekolah yang bernama Lyceum. Sekolah itu banyak menghasilkan penelitian yang
tidak dapat hanya menjelaskan prinsip-prinsip sains, tetapi juga politik,
retorika, dan sebagainya. Namun, lama kelamaan, posisi Aristoteles di Athena
tidak aman, karena ia orang asing. Lebih dari itu, ia diisukan sebagai penyebar
pengaruh yang bersifat subversif dan
dituduh Atheis. Kemudian, akhirnya ia meninggalkan Athena dan pindah ke Chalcis
dan meninggal disana pada tahun 322 SM.
Sebenarnya, ia banyak
menghasilkan karya hasil penelitian dan pemikiran filosofisnya. Namun, banyak
karya yang hilang. Diantara karya-karya yang dikenal seperti: Anganan (logika),
Priar Analytics (sologisme), Pasteriar Analytics (sains), dan sebagainya.
Karya luar biasa
Aristoteles ialah filsafat etika, negara, logika, metafisika, dan lain-lainnya.
Di dalam dunia filsafat, Aristoteles dinobatkan sebagai bapak logika. Logikanya
disebut tradisional yang mengantarkan terwujudnya logika modern, seperti
matematika. Logika tradisional disebut juga dengan logika formal, yang oleh
kaum santri pondokan disebut dengan ilmu Manthiq.
Bila orang-orang sofis
banyak yang menganggap manusia tidak akan mampu memperoleh kebenaran.
Aristoteles dalam Metaphysics menyatakan bahwa manusia dapat mencapai
kebenaran. Salah satu teori metafisika Aristoteles yang penting ialah
pendapatnya yang mengatakan bahwa matter
dan form itu bersatu. Matter memberikan substansi sesuatu, form memberikan pembungkusnya. Setiap
objek terdiri atas
matter dan form (Mayer:
155).
Jadi, ia telah mengatasi dualisme Plato yang memisahkan matter dan form; bagi
Plato matter dan form berada sendiri-sendiri. Ia juga berpendapat bahwa matter itu potensial dan form itu aktualitas (Tafsir, 2010: 61).
Namun, ada substansi yang
murni form, tanpa potentiality, jadi tanpa matter, yaitu Tuhan. Aristoteles percaya
kepada adanya Tuhan, bukti adanya Tuhan menurutnya ialah Tuhan sebagai penyebab gerak (a first cause of motion).
Tuhan itu menurut
Aristoteles berhubungan dengan dirinya sendiri. Ia tidak berhubungan dengan (tidak mempedulikan) alam ini. Ia bukan persona, Ia tidak
memperhatikan
doa dan keinginan manusia. Dalam mencintai tuhan, kita tidak usah mengharapkan
dia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi, dan kita mencontohya
untuk perbuatan dan pikiran-pikiran kita.
Bagi Aristoteles, etika adalah sarana untuk
mencapai kebahagiaan dan sebagai barang yang tertinggi dalam kehidupan. Etika
dapat mendidik manusia supaya memiliki sikap yang pantas dalam segala perbuatan. Lebih
lanjut, ia menjelaskan bahwa kebaikan terletak di tengah-tengah antara dua
ujung yang paling jauh.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kebenaran tidak hanya bersifat relative, tetapi juga dapat bersifat umum
yang bisa dipegang oleh semua orang. Dalam mencari sebuah kebenaran, tidaklah
cukup dengan hanya mencarinya dari satu sumber saja, tetapi harus dicari dari
berbagai sumber supaya menghasilkan suatu keputusan yang bijaksana.
Pengetahuan tidak hanya terbatas pada yang nampak saja (pengetahuan
indra), tetapi ada juga pengetahuan yang diperoleh lewat akal. Pengetahuan
indra bersifat tidak tetap sedangkan pengetahuan akal bersifat tetap, hanya
kita tinggal mencarinya saja.
Pengetahuan tidak datang dengan sendirinya melainkan perlu kerja keras
untuk mendapatkan pengetahuan tersebut.
B.
Saran
Mempelajari pemikiran-pemikiran dari tokoh-tokoh seperti Socrates, Plato,
dan Aristoteles diperlukan pemikiran yang mendalam dan pikiran yang terbuka
supaya dapat memahami pemikiran dari ketiga tokoh tersebut.
Mempelajari ilmu filsafat dapat membuat wawasan kita menjadi lebih luas.
Untuk itu, pelajarilah filsafat dengan pikiran positif (prasangka baik).
LAMPIRAN
Daftar
Pertanyaan.
1.
Karya apa
saja yang hilang dari karya Aristoteles?
2.
Apa yang
dimaksud dengan Aristoteles tukang kecam?
3.
Kenapa
harus mempelajari filsafat Yunani bukan mempelajari filsafat Islam?
Jawaban
1.
Setelah
mencari dari beberapa sumber buku (yang ada dalam daftar pustaka) dan melakukan
pencarian lewat intenet, kami tidak menemukan keterangan secara rinci tentang
karya-karya Aristoteles apa saja yang hilang tersebut. Mengutip dari jawaban
bapak Ahmad Agung, bahwa hilang tersebut mungkin saja sengaja dihilangkan atau
tidak tercatat.
2.
Aristoteles
senang mendebat terhadap ajaran gurunya (Plato), terkadang kecamannya
dikarenakan ketidak fahamannya terhadap ajaran Plato. Aristoteles tidak hanya
sekedar belajar, tetapi dia juga mempelajari dan bisa mengembangkan ajaran yang
ia dapatkan. Pengetahuan yang ia dapatkan tidak hanya bersumber dari gurunya,
tetapi juga berasal dari pengalaman dan pemikirannya sendiri.
3.
Mempelajari
filsafat Yunani tidaklah bertentangan dengan ajaran Islam. Filsafat Yunani
menggunakan akal atau rasio sebagai dasar untuk memahami pemikiran yang
dikemukakan oleh para filosof Yunani, dan filsafat Islam pun menggunakan akal
atau rasio sebagai dasar untuk memahami pemikiran-pemikiran tentang Islam,
seperti memahami ayat-ayat mutasyabihat di dalam Al-Qur’an. Tentunya, dalam
memahami Islam tidak hanya menggunakan akal saja, tetapi juga harus dibarengi
dengan keimanan.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmadi, Asmoro. (2011). Filsafat Umum. Jakarta. PT. Rajagrafindo Persada.
Tafsir, Ahmad. (2010). Filsafat Umum. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani.
(2008). Filsafat Umum. Bandung. CV.
Pustaka Setia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Socrates. Diunduh: 12 Oktober 2014.
http://lailafathimah.blogspot.com/2013/07/makalah-filsafat-yunani-klasik-kuno. html. Diunduh: 3 Desember 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Triumvirat. Diunduh: 3 Desember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar