FC Barcelona
PENGETAHUAN BAGI ISLAM BAGAIKAN RUH (NYAWA) BAGI MANUSIA (MUHAMMAD AL GHAZALI (1970), KHULUQUL MUSLIM: 445).

Jumat, 23 September 2016

Makalah Filsafat Umum: Triumvirat Yunani Kuno

BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Sejarah fisafat dipelajari dengan tujuan agar diperoleh apa yang menjadi masalah pokok filsafat dan sejarah perkembangan pemikiran filsafat. Mempelajari sejarah filsafat juga menyadarkan kita bahwa ajaran yang baik belum tentu diterapkan dengan baik.
 Sejarah filsafat menyadarkan kita bahwa setiap teori ada kelemahannya dan ada kebaikannya, karena  itu menuntut adanya kerja sama antara sesama pengusaha filsafat, saling memberi dan menerima (take and give) dalam rangka kepentingan bersama demi kesejahteraan hidup manusia.
Filsafat yunani amatlah besar peranan dan pengaruhnya terhadap falsafah yang ada pada umumnya sekarang menguasai dunia ini. Berfalsafah sebenarnya adalah bertindak, yaitu bertindak dengan mempergunakan rasio sebagai alat. Sebelum bertindak dalam kenyataan, manusia itu terlebih dahulu memikirkan baik buruk  dari tindakannya itu. Dan itu merupakan falsafah. Maka baik dan buruk  tindakan itu akan ditentukan oleh nilai baik dan buruk filsafat yang dianut oleh manusia itu.
Pada umumnya orang-orang Yunani sebelum abad VI S.M. masih mempercayai dongeng-dongeng atau mythos. Segala sesuatunya harus diterima sebagai suatu kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Saat itu logos (akal) tidak bicara. Segala sesuatunya harus diyakini dengan iman.
Sekitar abad VI SM. Mulai muncul para pemikir yang tidak puas dengan segala dongeng-dongeng tersebut. Mereka menginginkan jawaban yang dapat diterima akal atas segala misteri yang ada di alam semesta ini. Ini adalah awal kebangkitan pemikiran filsafat Yunani, dimana orang-orang mulai mencari kebenaran dengan menggunakan logos dan mulai meninggalkan mythos. Pada saat itu orang-orang Yunani sangat menghargai berpikir dan menyampaikan buah pikirnya. Mereka berpikir secara murni, mereka berpikir karena mereka senang berpikir, senang mencari tahu akan hakikat sesuatu.
Aliran sofisme mulai mengubah pandangan  manusia sebagai makhluk yang berpengetahuan dan berkemauan. Tetapi sofisme terlalu mengemukakan pendirian yang subyektif, relatif, dan skeptis.
Ajaran kaum sofis bahwa kebenaran itu relatif ditentang oleh Socrates. Socrates dapat membuktikan dengan metode induksinya, bahwa kebenaran juga dapat bersifat umum yang disebut dengan definisi. Ajaran Socrates kemudian dikembangkan oleh Plato (muridnya), dan kemudian dikembangkan lagi oleh Aristoteles (murid Plato). Mereka (Socrates, Plato, dan Aristoteles) disebut sebagai Triumvirat Yunani Kuno.

B.     Rumusan Masalah
1.         Apa yang dimaksud dengan triumvirat yunani kuno?
2.         Bagaimana riwayat hidup dan pemikiran Socrates?
3.         Bagaimana riwayat hidup dan Pemikiran Plato?
4.         Bagaimana riwayat hidup dan Pemikiran Aristoteles?

C.      Tujuan Penulisan
1.         Mengetahui pengertian triumvirat yunani kuno.
2.         Mengetahui riwayat hidup dan pemikiran Socrates.
3.         Mengetahui riwayat hidup dan pemikiran Plato.
4.         Mengetahui riwayat hidup dan pemikiran Aristoteles.








BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A.                Pengertian Triumvirat Yunani Kuno
Triumvirat berasal dari bahasa latin, artinya adalah dari tiga laki-laki. Triumvirat Yunani Kuno adalah tiga laki-laki yang terdiri dari Socrates, Plato, dan Aristoteles yang hidup pada zaman Yunani Kuno. Pemikiran-pemikiran tiga tokoh tersebut sangat berpengaruh di dunia hingga saat ini.

B.                 Socrates (469-399 SM)
Pemuda-pemuda Athena pada masa itu dipimpin oleh doktrin relativisme dari kaum sofis, sedangkan Socrates adalah seorang penganut moral yang absolute dan meyakini bahwa menegakkan moral merupakan tugas filosof, yang berdasarkan idea-idea rasional dan keahlian dalam pengetahuan.
Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori-teori sains yang telah mapan, mengguncangkan keyakinan agama. Ini menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabnya Socrates harus bangkit. Ia harus meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran itu relatif; ada kebenaran yang umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Sebagian kebenaran memang relatif, tetapi tidak semuanya (Tafsir, 2010: 53).
Antara tahun 421 dan 416 SM adalah masa-masa buruknya hubungan antara Athena dan Sparta. Periode ini menyaksikan Alcibiades, salah seorang murid Socrates. Akan tetapi ia pula yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kehancuran Athena. Ia bertanggung jawab atas kekalahan Athena di Syracuse 413 SM. Beberapa Negara-negara kecil datang merampok Athena. Revolusi ini menandai mulai hancurnya Athena. Delapan tahun kemudian orang-orang Sparta, dibawah komandannya Lysander menghancurkan Athena. Tahun 404 SM perang Peloponesia berakhir, menghasilkan Athena takluk dibawah Sparta. Tahun 403 SM demokrasi untuk terakhir kalinya dicoba dibangun, tetapi itu bukanlah pemerintahan yang bijaksana.
Socrates merupakan figur paling penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di Athena dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles. Ayahnya adalah seorang pemahat patung bernama Sophroniscos dan ibunya adalah seorang bidan yang bernama Phainarete. Istrinya bernama Xantippe dan dikaruniai tiga orang anak. Ia berasal dari keluarga yang kaya dengan mendapatkan pendidikan yang baik, kemudian menjadi prajurit Athena. Ia terkenal sebagai prajurit yang gagah berani. Karena ia tidak suka terhadap urusan politik, maka ia lebih senang memusatkan perhatiannya kepada filsafat, yang akhirnya ia jatuh dalam keadaan miskin.
Socrates tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal sebagai pemikiran Socrates pada dasarnya adalah berasal dari catatan muridnya, yaitu Plato, Xenophon, Aristophanes, dan Aristoteles. Orang yang paling banyak mencatat tentang Socrates adalah Plato yang berupa dialog-dialog. Dalam karya-karyanya, Plato selalu menggunakan nama gurunya sebagai tokoh utama sehingga sangat sulit memisahkan gagasan Socrates yang sesungguhnya dengan gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut Socrates. Nama Plato sendiri hanya muncul tiga kali dalam karya-karyanya sendiri yaitu dua kali dalam Apologia dan sekali dalam Phaedrus.
Socrates dikenal sebagai seorang sederhana, tanpa alas kaki dan berkelilingi mendatangi masyarakat Athena berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan.
Peran Socrates dalam mendobrak pengetahuan semu itu meniru pekerjaan ibunya sebagai seorang bidan dalam upaya menolong kelahirsan bayi, akan tetapi ia berperan sebagai bidan pengetahuan. Teknik dalam upaya menolong kelahiran (bayi) pengetahuan itu disebut majeutike (kebidanan) yaitu dengan cara mengamati-amati hal-hal yang konkret dan yang beragam coraknya tetapi pada jenis yang sama. Kemudian unsur-unsur yang beda dihilangkan sehingga tinggallah unsur yang sama dan bersifat umum, itulah pengetahuan sejati (Achmadi, 2011: 50).
Pada akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
Seperti halnya kaum sofis, Socrates memulai filsafatnya dengan bertolak dari pengalaman sehari-hari. Akan tetapi ada perbedaan yang amat penting antara orang sofis dan Socrates. Socrates tidak menyutujui relativisme kaum sofis. Menurut pendapat Socrates ada kebenaran objektif yang tidak bergantung pada saya atau pada kita. Untuk membuktikan adanya kebenaran yang objektif Socrates menggunakan metode yang bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan. Ia menganalisis pendapat-pendapat. Setiap orang mempunyai pendapat mengenai salah dan tidak salah. Misalnya ia bertanya kepada negarawan, hakim, tukang, pedagang, dan sebagainya. Menurut Xenophon, ia bertanya tentang salah-tidak salah, adil-tidak adil berani dan pengecut, dan lain-lain. Socrates selalu menganggap jawaban yang pertama sebagai hipotesis dan dengan jawaban lebih lanjut ia menarik konsekuensi-konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban-jawaban tersebut. Jika ternyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan karena menghasilkan konsekuensi yang mustahil, maka hipotesis tersebut diganti dengan hipotesis lain, lalu hipotesis kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawaban lain, dan begitulah seterusnya. Sering terjadi percakapan itu berakhir dengan aporia (kebingungan). Akan tetapi tidak jarang dialog itu menghasilkan suatu definisi yang dianggap berguna.
Socrates mengarahkan perhatiannya kepada manusia secara keseluruhan sebagai objek pemikiran filsafatnya, yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah yang keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan. Metode yang digunakan Socrates disebut dialektika, dari kata kerja Yunani, dialegsthai yang berarti bercakap-cakap atau berdialog. Metode Socrates dinamakan dialektika karena dialog mempunyai peranan penting di dalamnya.
 Bertens (1975: 85-92) menjelaskan ajaran Socrates sebagai berikut ini. Ajaran itu ditujukan untuk menentang ajaran relaitivisme sofis. Ia ingin menegakkan sains dan agama. Berbeda dengan kaum sofis yang mutlak menggunakan akal dan setiap mengajarkan pengetahuannya selalu memungut bayaran, tetapi Socrates tidak memungut bayaran kepada murid-muridnya. Kaum sofis merasa sakit hati, sehingga pada tahun 399 SM ia kemudian oleh kaum sofis sendiri dituduh memberikan ajaran barunya yang merusak moral para pemuda, dan menentang kepercayaan Negara. Sebuah tuduhan yang sebenarnya bisa dengan gampang dipatahkan melalui pembelaannya yang tidak hanya mengandalkan pendapatnya pada akal (reason), tetapi juga pada kekuatan hati (rasa), sebagaimana tertulis dalam Apologia karya Plato.
Socrates pada akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya dari pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya. Ia dituntut hukuman mati (Bertens, 1975:82)
Socrates sebenarnya dapat lari dari penjara, sebagaimana ditulis dalam Krito, dengan bantuan para sahabatnya, namun dia menolak atas dasar kepatuhannya pada satu "kontrak" yang telah dia jalani dengan hukum di kota Athena. Keberaniannya dalam menghadapi maut digambarkan dengan indah dalam Phaedo karya Plato. Kematian Socrates dalam ketidakadilan peradilan menjadi salah satu peristiwa peradilan paling bersejarah dalam masyarakat Barat di samping peradilan Yesus Kristus.

C.    Riwayat Hidup Plato (427-347 SM)
Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang turun temurun memegang peranan penting dalam politik Athena. Sejak muda, ia bercita-cita ingin menjadi pejabat negara. Namun, perkembangan politik pada masanya tidak memberi kesempatan kepadanya untuk mengikuti jalan hidup yang diinginkannya.
Nama aslinya adalah Aristokles, guru senamnya kemudian memberi nama Plato. Ia memperoleh nama baru itu karena bahunya yang lebar. sepadan dengan badannya yang tinggi dan tegap, raut mukanya, potongan tubuhnya serta paras yang elok serasi dengan ciptaan klasik tentang manusia yang tampan. Plato tergolong seorang pemuda yang cerdas. Pandangan matanya menunjukan seolah-olah ia mau mengisi dunia  yang lahir ini dengan cita-citanya.
Sejak berumur 20 tahun, Plato mengikuti pelajaran Socrates. Pengaruh Socrates semakin hari semakin mendalam. Ia menjadi murid Socrates yang setia sampai akhir hidupnya, Socrates tetap menjadi pujaanya. Socrates digambarkan sebagai juru bahasa isi hati rakyat di Athena yang tertindas karena kekuasaan yang saling berganti.
Plato adalah satu-satunya filosof  yang berhasil membangun suatu sistem pemikiran filsafat yang integral yang terdiri dari unsur-unsur ajaran filosof pendahulunya. Ia setuju dengan Anaxagoras dalam hal ini bahwa pikiran adalah pengatur segala sesuatu, karena itu berbeda dengan bahan atau benda, dengan Heraclitus ia peroleh ajaran bahwa dalam segala sesuatu ada jamak dua prinsip dasar yang diperoleh Plato dari kaum Mazhab Elea, bahwa Tuhan adalah Esa, dan bahwa dunia yang sebenarnya adalah tidak berubah, dan bagi Plato dunia tersebut adalah dunia idea (eidos) bahwa Plato sependapat dengan kaum Sofis bahwa pengetahuan adalah tidak mungkin, apabila hanya terbatas pada yang menampak saja (sensibilia) dan dari Socrates gurunya ia memperoleh pengertian bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah dengan melalui pembentukan konsep.
Ia seorang sastrawan, selama hidupnya rajin menulis, hampir semuanya berupa dialog Socrates untuk mengemukakan pandangannya. Karyanya lebih dari 25 buku, yang paling terkenal 10 buku yang memuat ajarannya tentang negara.
Tidak lama setelah Socrates meninggal, Plato pergi dari Athena, itulah permulaan ia mengembara 12 tahun lamanya dari tahun 399 SM. Mula-mula ia pergi ke Megara, tempat Euklides mengajarkan filosofinya. Dari Megara ia pergi ke Kyrena, dimana ia memperdalam pengetahuannya tentang matematika pada seorang guru yang bernama Theodoros, disana ia juga mengarang buku-buku dan mengajarkan filosofi. Kemudian ia pergi ke Italia Selatan dan terus ke Sirakusa di pulau Sisiria yang pada waktu itu diperintah oleh seorang tiran yang bernama Dionysios yang mengajak Plato tinggal di istananya. Disitu Plato kenal dengan ipar raja Dionysios yang masih muda bernama Dion yang akhirnya menjadi sahabat karibnya. Mereka berdua sepakat mempengaruhi Dionysisos dengan ajaran filosofinya agar kehidupan sosialnya menjadi lebih baik. Tetapi ajaran Plato membuat Dionysios menjadi jemu. Pada tahun 367 SM setelah Plato 20 tahun menetap dalam Akademia, diterimanya undangan dari Dion untuk datang ke Sirakusa, setelah Dionysios meninggal maka digantikan oleh Dion dengan nama Dionysios II dan berharap Plato dapat mengajarkan kepada yang masih muda itu “pandangan filosofi tentang kewajiban pemerintah menurut pendapat Plato” akhirnya Plato berangkat ke Sirakusa dan disambut oleh raja dengan gembira, tetapi bagi raja itu filosofi itu tidak menarik akhirnya intrik, fitnah dan hasutan merajalela dalam istana itu. Akhirnya Dion dibenci oleh raja dan dibuang ke Sisilia. Kemudian Plato kembali ke Athena, tapi 6 tahun kemudian pada tahun 361 SM plato ketiga kalinya datang ke Sirakusa, raja Dionysios II dengan Dion berusaha agar Plato kembali ke Sirakusa, tapi maksudnya tidak berhasil dan harapannya untuk mencoba sekali lagi melaksanakan cita-citanya tentang pemerintahan yang baik dalam politik gagal sama sekali. Akhirnya Plato kembali ke Athena dan memusatkan pada Akademia sebagai guru dan pengarang. Plato tidak pernah menikah dan tidak punya anak. Pemikiran yang dicetuskan oleh Plato ialah pendapatnya tentang idea itu adalah suatu ajaran yang sulit pemahamannya. Salah satu sebab ialah bahwa pemahamannya tentang idea selalu berkembang, bermula idea itu dikemukakan sebagai teori logika, kemudian meluas menjadi pandangan hidup menjadi dasar umum bagi ilmu dan politik sosial mencakup pandangan agama. Plato memisahkan kenyataan yang kelihatan dalam alam yang lahir dimana berlaku pandangan Herakleitos dan alam pengertian yang abstrak dimana berlaku pandangan Parmenides. Dalam bidang yang pertama yang ada hanya kiraan, sebab kalau semuanya mengalir tidak berhenti-henti, tiap barang bagi setiap orang pada setiap waktu hanya berupa seperti yang terbayang dimukanya maka manusia menjadi ukuran segalanya seperti dikatakan oleh Protagoras. Tetapi pengetahuan dapat memberikan apa yang tetap adanya yaitu idea. Berlakunya idea itu tidak bergantung kepada pandangan dan pendapat orang banyak, ia timbul semata-mata karena kecerdasan berpikir pengertian yang dicari dengan pikiran adalah idea. Idea pada hakikatnya sudah ada, tinggal mencarinya saja. Pokok tinjauan filosofi Plato adalah mencari pengetahuan tentang pengetahuan, ia bertolak dari ajaran gurunya Socrates yang mengatakan “budi ialah tahu”. Budi yang berdasarkan pengetahuan menghendaki suatu ajaran tentang pengetahuan sebagai dasar filosofi. Pertentangan antara pikiran dan pandangan menjadi ukuran bagi Plato. Pengertian yang mengandung di dalamnya pengetahuan dan budi yang dicarinya bersama-sama dengan Socrates, pada hakekatnya berlainan sama sekali dari pandangannya, sifatnya tidak diperoleh dari pengalaman. Pemandangan hanya alasan untuk menuju pengertian, ia diperoleh atas usaha akal sendiri.
Idea menurut paham Plato tidak saja pengertian jenis, tetapi juga bentuk dari kedaan yang sebenarnya. Idea bukanlah suatu suatu pikiran melainkan suatu realita. Pendapat Parmenides tentang adanya yang satu kekal, dan tidak berubah-ubah, tapi yang baru dalam ajaran Plato ialah pendapatnya tentang suatu dunia yang tidak bertubuh. Dunia yang bertubuh adalah dunia yang dapat diketahui dengan pandangan dan pengalaman. Semua itu bergerak dan berubah senantiasa tidak ada yang tetap dan kekal. Dari pandangan dan pengalaman saja tidak akan pernah tercapai pengetahuan pengertian.
Pemikiran tentang Tuhan (dalam Achmadi, 2011: 52-53), Plato mengemukakan bahwa terdapat beberapa masalah bagi manusia yang tidak pantas apabila tidak mengetahuinya. Masalah tersebut adalah sebagai berikut.
a.            Manusia itu mempunyai Tuhan sebagai penciptanya.
b.            Tuhan itu mengetahui segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia.
c.            Tuhan hanya dapat diketahui dengan cara negatif, tidak ada ayat, tidak ada anak, dan lain-lain
d.           Tuhanlah yang menjadikan alam ini dari tidak mempunyai peraturan menjadi mempunyai aturan.
Menurut Plato (dalam Achmadi, 2011: 53) di dalam negara yang ideal terdapat tiga golongan berikut.
a.              Golongan tertinggi, terdiri dari orang-orang yang memerintah (para penjaga, para filsuf).
b.             Golongan pembantu, terdiri dari para prajurit yang bertugas untuk menjaga keamanan negara dan menjaga ketaatan para warganya.
c.              Golongan rakyat biasa, terdiri dari petani, pedagang, tukang, yang bertugas untuk memikul ekonomi negara (polis).
Pemikiran Plato yang anti individualism yang telah merusak kehidupan sosial masyarakat Athena, manusia menjadi individualis, yaitu hanya mementingkan kebutuhan diri mereka sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain. Ada tuduhan yang mengatakan bahwa Plato adalah anti demokrasi. Pemikiran Plato tidak terlepas dalam konteks sosio-historis kehancuran Athena. Kehancuran Athena menurut Plato bukan hanya karena kekalahan Athena dalam perang peloponesia. Kemenangan Sparta atas Athena menunjukkan prinsip-prinsip dari kenegaraan Athena yang demokratis. Inilah yang melahirkan karya-karya Plato dalam judul republic. Plato secara tegas menujukkan simpati dan kekagumannya kepada system kenegaraan otoriter Sparta dan antipatinya kepada demokrasi. Plato menuduh kehancuran Athena disebabkan akibat demokrasi yang lemah dan disintegrasi serta tidak stabil.
Negara ideal menurut Plato adalah City State, Negara yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu kecil. Negara luas akan sulit untuk menjaganya sementara negara kecil akan sulit dipertahankan karena mudah untuk dikuasai.
Perbedaan antara Socrates dengan Plato adalah dimana mengusahakan adanya definisi tentang hal yang bersifat umum guna menentukan hakikat atau esensi segala sesuatu, karena tidak puas dengan mengetahui, hanya tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan satu per satu, sedangkan Plato meneruskan usaha itu secara lebih maju lagi dengan mengemukakan, bahwa hakikat atau esensi segala sesuatu bukan hanya sebutan saja, tetapi memiliki kenyataan, yang lepas daripada sesuatu yang berada secara kongrit yang disebut “Idea”, dimana idea itu nyata ada, di dalam dunia idea.
Plato menekankan kepada kebenaran yang di luar dunia ini, hal itu tidak berarti bahwa ia bermaksud melarikan diri dari dunia. Dunia yang kongkrit ini dianggap penting, hanya saja hal sempurna tidak dapat dicapai di dalam dunia ini. Namun kita harus berusaha hidup sesempurna mungkin, yang tampak dalam ajarannya tentang Negara adalah puncak filsafat Plato.

D.    Riwayat Hidup Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles lahir di Stageira pada Semenanjung Kalkidike di Trasia (Balkan) pada tahun 384 SM dan meninggal di Kalikis pada tahun 322 SM dalam usia 63 tahun, ayahnya yang bernama Mashaon adalah seorang dokter istana pada raja Macedonia Amyntas II. Dari kecil, Aristoteles mendapat asuhan dari ayahnya sendiri, ia mendapat pelajaran dalam hal teknik membedah. Oleh karena itu, perhatiannya banyak tertumpah pada ilmu-ilmu alam, terutama ilmu biologi. Sampai berumur 18 tahun, pendidikannya diperoleh dari ayahnnya (Hakim dan Saebani, 2008: 215).
Sejak kecil, Aristoteles diasuh dan dididik oleh ayahnya sendiri dalam bidang kedokteran. Ayahnya berharap jika besar nanti, Aristoteles dapat menggatikan ayahnya sebagai dokter keluarga raja Macedonia. Namun, harapan ayahnya tidak terwujud, karena sebelum Aristoteles berhasil menamatkan pelajarannya, ayahnya telah meninggal dunia. Meskipun begitu, sang ayah telah berhasil mewariskan minat yang besar terhadap biologi kepada anaknya yang tampaknya menjadi karyanya dikemudian hari.
Dengan kecerdasannya yang luar biasa, ia menguasai berbagai ilmu yang berkembang pada masanya. Tatkala ia berumur 18 tahun, ia dikirim dari Athena ke akademia Plato. Kecenderungan berpikir saintifik tampak dari pandangan-pandangan filsafatnya yang sistematis dan banyak menggunakan metode empiris. Pandangan filsafat Aristoteles berorientasi pada  hal-hal yang konkret.
Aristoteles merupakan salah satu murid Plato yang sangat cepat dikenal karena dia tidak mau sekedar bernaung dibawah keagungan sang guru. Itu pula sebabnya ia dikenal sebagai murid “tukang kecam” dan senang mendebat sang guru yang banyak dihormati oleh banyak muridnya yang lain, kendati kecamannya sering kali tidak relevan, dan menunjukan ketakfahamannya terhadap ajaran Plato. Oleh sebab itu, Plato tidak menunujuk Aristoteles untuk menjadi penggantinya dalam memimpin Akademia, melainkan menunujuk Speusippos. Hal ini tentu sangat mengecewakan Aristoteles.
Ia menjadi dikenal lebih luas karena pernah menjadi tutor (guru) Alexander, seorang diplomat ulung dan jendral terkenal. Di Athena, ia mendirikan sekolah yang bernama Lyceum. Sekolah itu banyak menghasilkan penelitian yang tidak dapat hanya menjelaskan prinsip-prinsip sains, tetapi juga politik, retorika, dan sebagainya. Namun, lama kelamaan, posisi Aristoteles di Athena tidak aman, karena ia orang asing. Lebih dari itu, ia diisukan sebagai penyebar pengaruh  yang bersifat subversif dan dituduh Atheis. Kemudian, akhirnya ia meninggalkan Athena dan pindah ke Chalcis dan meninggal disana pada tahun 322 SM.
Sebenarnya, ia banyak menghasilkan karya hasil penelitian dan pemikiran filosofisnya. Namun, banyak karya yang hilang. Diantara karya-karya yang dikenal seperti: Anganan (logika), Priar Analytics (sologisme), Pasteriar Analytics (sains), dan sebagainya.
Karya luar biasa Aristoteles ialah filsafat etika, negara, logika, metafisika, dan lain-lainnya. Di dalam dunia filsafat, Aristoteles dinobatkan sebagai bapak logika. Logikanya disebut tradisional yang mengantarkan terwujudnya logika modern, seperti matematika. Logika tradisional disebut juga dengan logika formal, yang oleh kaum santri pondokan disebut dengan ilmu Manthiq.
Bila orang-orang sofis banyak yang menganggap manusia tidak akan mampu memperoleh kebenaran. Aristoteles dalam Metaphysics menyatakan bahwa manusia dapat mencapai kebenaran. Salah satu teori metafisika Aristoteles yang penting ialah pendapatnya yang mengatakan bahwa matter dan form itu bersatu. Matter memberikan substansi sesuatu, form memberikan pembungkusnya. Setiap objek terdiri atas matter dan form (Mayer: 155). Jadi, ia telah mengatasi dualisme Plato yang memisahkan matter dan form; bagi Plato matter dan form berada sendiri-sendiri. Ia juga berpendapat bahwa matter itu potensial dan form itu aktualitas (Tafsir, 2010: 61).
Namun, ada substansi yang murni form, tanpa potentiality, jadi tanpa matter, yaitu Tuhan. Aristoteles percaya kepada adanya Tuhan, bukti adanya Tuhan menurutnya ialah Tuhan sebagai penyebab gerak (a first cause of motion).
Tuhan itu menurut Aristoteles berhubungan dengan dirinya sendiri. Ia tidak berhubungan dengan (tidak mempedulikan) alam ini. Ia bukan persona, Ia tidak memperhatikan doa dan keinginan manusia. Dalam mencintai tuhan, kita tidak usah mengharapkan dia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi, dan kita mencontohya untuk perbuatan dan pikiran-pikiran kita.
Bagi Aristoteles, etika adalah sarana untuk mencapai kebahagiaan dan sebagai barang yang tertinggi dalam kehidupan. Etika dapat mendidik manusia supaya memiliki sikap yang pantas dalam segala perbuatan. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kebaikan terletak di tengah-tengah antara dua ujung yang paling jauh.















BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Kebenaran tidak hanya bersifat relative, tetapi juga dapat bersifat umum yang bisa dipegang oleh semua orang. Dalam mencari sebuah kebenaran, tidaklah cukup dengan hanya mencarinya dari satu sumber saja, tetapi harus dicari dari berbagai sumber supaya menghasilkan suatu keputusan yang bijaksana.
Pengetahuan tidak hanya terbatas pada yang nampak saja (pengetahuan indra), tetapi ada juga pengetahuan yang diperoleh lewat akal. Pengetahuan indra bersifat tidak tetap sedangkan pengetahuan akal bersifat tetap, hanya kita tinggal mencarinya saja.
Pengetahuan tidak datang dengan sendirinya melainkan perlu kerja keras untuk mendapatkan pengetahuan tersebut.

B.            Saran
Mempelajari pemikiran-pemikiran dari tokoh-tokoh seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles diperlukan pemikiran yang mendalam dan pikiran yang terbuka supaya dapat memahami pemikiran dari ketiga tokoh tersebut.
Mempelajari ilmu filsafat dapat membuat wawasan kita menjadi lebih luas. Untuk itu, pelajarilah filsafat dengan pikiran positif (prasangka baik).







LAMPIRAN
Daftar Pertanyaan.
1.      Karya apa saja yang hilang dari karya Aristoteles?
2.      Apa yang dimaksud dengan Aristoteles tukang kecam?
3.      Kenapa harus mempelajari filsafat Yunani bukan mempelajari filsafat Islam?
Jawaban
1.      Setelah mencari dari beberapa sumber buku (yang ada dalam daftar pustaka) dan melakukan pencarian lewat intenet, kami tidak menemukan keterangan secara rinci tentang karya-karya Aristoteles apa saja yang hilang tersebut. Mengutip dari jawaban bapak Ahmad Agung, bahwa hilang tersebut mungkin saja sengaja dihilangkan atau tidak tercatat.
2.      Aristoteles senang mendebat terhadap ajaran gurunya (Plato), terkadang kecamannya dikarenakan ketidak fahamannya terhadap ajaran Plato. Aristoteles tidak hanya sekedar belajar, tetapi dia juga mempelajari dan bisa mengembangkan ajaran yang ia dapatkan. Pengetahuan yang ia dapatkan tidak hanya bersumber dari gurunya, tetapi juga berasal dari pengalaman dan pemikirannya sendiri.
3.      Mempelajari filsafat Yunani tidaklah bertentangan dengan ajaran Islam. Filsafat Yunani menggunakan akal atau rasio sebagai dasar untuk memahami pemikiran yang dikemukakan oleh para filosof Yunani, dan filsafat Islam pun menggunakan akal atau rasio sebagai dasar untuk memahami pemikiran-pemikiran tentang Islam, seperti memahami ayat-ayat mutasyabihat di dalam Al-Qur’an. Tentunya, dalam memahami Islam tidak hanya menggunakan akal saja, tetapi juga harus dibarengi dengan keimanan.



DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Asmoro. (2011). Filsafat Umum. Jakarta. PT. Rajagrafindo Persada.
Tafsir, Ahmad. (2010). Filsafat Umum. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani. (2008). Filsafat Umum. Bandung. CV. Pustaka Setia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Socrates. Diunduh: 12 Oktober 2014.

http://id.wikipedia.org/wiki/Triumvirat. Diunduh: 3 Desember 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar